Engkau yang terlahir dari sinar matahari dan rembulan
jatuh ke bumi bagai daun kering, rapuh dan tak berdaya tertiup angin
juga bagai kertas putih yang akan hancur terkena embun sekalipun
dilindungi bagai mutiara oleh kerasnya cangkang di antara karang
tumbuh laksana bunga matahari menantang angin dan air
tanpa terasa sampailah waktu akil balik
cangkang yang keras dan karang ternyata hanyalah kapur yang rapuh
nafsu angkara dengan mudah mengoyak lapisan-lapisan karang
asap tambragohmuka sudah mengalir dalam nafas
tirta amertha kau tolak dan air cucian mayat menjadi candu dalam darahmu
sampai akhirnya rambut panjang teruraimu berganti menjadi ular yang berbisa
dalam terang kau pakai topeng siangmu
menyembunyikan taring dan lidah bercabang
kuil suci hanyalah persembunyian
engkau memakan bunga yang harum hanya untuk menutupi amisnya nafas
menyamar bak dewi sarasvati tetapi menyanyikan amarah dan kepalsuan
dalam gelapnya malam kau lepas semua topengmu
tertawa terbahak-bahak di tengah asap dan jerit kengerian neraka
dalam api angkara kau menari-nari gembira seolah tak ada karma
akhirnya matahari pun padam rembulan hancur menjadi debu
padamnya matahari kau rayakan bersama denawa-denawa karena tak ada lagi siang
dalam sunyi kutangisi engkau wahai sang dewi malam
mungkin lebih tepat kupanggil Betari Durga
0 komentar:
Posting Komentar